Dalam surat Al-An’am Allah Swt menegaskan dan memerintahkan
rasulnya untuk
Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah
yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang
yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran
itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali
termasuk orang yang ragu-ragu. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran)
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah
kalimatkalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta terhadap Allah.
(QS.Al-An’am[6]:114116).
Kalau pendapat manusia bisa berubah-berubah, pengetahuan manusia
bisa berkembang, bisa saja yang dibenarkan kemarin disalahkan hari ini dan yang disalahkan kemarin dibenarkan hari
ini, kalau Allah Swt kalimat dan pengetahuan-Nya telah sempurna.
Nah para ikhwan dan akhat yang dirahmati Allah Swt swt, sengaja
pada hari ini saya pilihkan beberapa ayat yang menegaskan kita kembali kepad
Al-Qur’an, kemudian Allah Swt menegaskan sesuatu yang datang dari Al-Qur’an itu
merupakan hal yang pasti…
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali
kamu termasuk orangorang yang ragu.
(QS.Al-Baqarah[2]:147).
Dan Allah Swt tegaskan dalam surat lainnya,
(QS.An-Nisaa[4]:82)
Saya menegaskan pada kajian tanggal 12 mai 2015 yang lalu, saya persaksikan bahwa diri saya
sendiri dan para jamaah serta seluruh malaikat yang terdapat di langit, saya
persaksikan kepada Allah Swt bahwa inilah satu-satunya kitab yang terjamin
kebenarannya, sedangkan selain dari kitab maka tidak dapat diterima dan tidak
dapat terjamin kebenarannya keccuali yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Nah kebetulan hadirin sekalian,
saya mendapat tanggapan dari saudara saya, yang saya hormati Ust.
Firanda, dalam websitenya beliau
menanggapi apa yang saya sampaikan pada tanggal 12 mei yang lalu, dalam satu
judul Habib Husein meragukan keotentikan hadis-hadis Nabi Saw dari kitab-kitab
hadis yang masyhur, Habib Husein berkata kebenaran yang mutlak dan pasti yang datangdari sisi Allah Swt oleh karena
itu tidak ada jaminan dari Allah Swt
bagi buku-buku yang lain, bahwa buku-buku itu terjamin kebenarannya, maka Allah
Swt berfirman
Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(QS.An-Nisaa[4]:82)
Tiada Nash Al-Qur’an maupun
ucapan Nabi Saw yang menjamin bahwa kitab Bukhari, Shahih Muslim,
Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i, Al-Darimi, begitu pula Musnad Imam Ahmad bin Hanbal
selain dari kitab Allah Swt, tidak dapat diterima kebenaranya kecuali yang
sesuai dengan Al-Qur’an.
Kita jumpai bagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin
Aisyah….ketika malam Isra dan Mi’raj beliau meraba ke sisinya menjumpai Nabi
Saw tidak meninggalkan tempat tidurnya berarti yang diberangkatkan Isra bukan
jasadnya tapi ruhnya, padahal kita tahu
bahwa Sayidah Aisyah Ummul Mukminin ra pada saat itu belum tidur satu ranjang dengan Nabi Saw , berkumpulnya sewaktu di
Madinah bagaimana mungkin Sayidah Aisyah bisa meraba ke sisinya menjumpai Nabi
Saw tidak meninggalkan tempat tidurnya, kita yakin ini hadis maudu’
walaupun terdapat di kitab hadis shahih.
Dan banyak hadis-hadis seperti yang pernah saya ceritakan sebelumhya, jadi
Prinsip kita dalam meneliti hadis tidak hanya kembali pada ittishal sanad,
tidak hanya kembali kepada keadilan al-rawi, tidak hanya kembali pada
kecermatan tapi kita lanjutkan pada dua syarat lain yang disebutkan oleh ulama
oleh ahli jarhi wa ta’dil dalam buku musthalah yaitu pertama, ‘adamu syudzudz (
hadis tersebut tidak bersifat ganjil ), yang kedua, ‘adam wujud al-illah
al-qadihah ( tidak ada penyakit yang
merusak keshahihan hadis tersebut). para ulama mendefisini al-syudzudz atau
al-syadz; ma khalafa tsiqatu bihi tsiqah. kalau seorang tsiqah yang dipercaya
dalam riwayat ternyata bertentangan dengan banyak tsiqah, satu bertentangan
dengan para tsiqah,meriwayatkan hadis yang berbeda dengan para tsiqah lainnya
maka hadis ini syadz baik dalam mata rantai sanadnya maupun dalam matan
kandungan hadisnya. Kita bertanya bagaimana kalau hadis itu bertelak belakang
dengan Al-Qur’an,. kalau bertentangan dengan beberapa tsiqah saja dikatakan
syadz, apalagi bertentangan dengan Al-Qur’an yang merupakan kitab yang terjamin
kebenarannya
Begitu pula bagaimana satu hadis terdapat satu illat baik dalam matan
maupun sanad, hingga hadis tersebut berubah menjadi munkar. seperti yang kita
jumpai dalam hadis yang cukup dikenal.
يوم يكشف عن ساق ويدعون إلى السجود فلا يستطيعون ويبقى كل منافق فلا يستطيع ان يسجد ثم يقودهم إلى
الجنة
Ketika disingkap betis, dan mereka diperintahkan untuk sujud,
ternyata sebagian besar manusia tidak dapat bersujud, pandangan mereka
tertunduk diselimuti kegelapan padahal dulu diperintahkan, mereka diperintahkan
untuk shalat mereka tidak melakukannya…akhirnya di hari kemudian nanti, mereka
tidak mampu untuk sujud
Ternyata kita jumpai satu hadis dihari kemudian nanti, ketika
orang-orang yang jadi ahli neraka , orang yang beriman menanti kedatangan Tuhan
dengan rombongan Malaikat.
Manusia belum kenal tuhan mereka, “Apa yang kalian nanti?” mereka
menjawab, “Bahwa kami menantikan Tuhan kami”.
Tuhan berkata: “Apa yang menjadi bukti?” mereka katakan,
“Betis.…”menurut riwayat tersebut, akhirnya Tuhan menyingkap betisnya hingga
pada saat itu orang berbondong-bondong untuk sujud di hadapan-Nya. Padahal
ungkapan seperti ini dalam Bahasa Arab sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, adalah menggambarkan keadaan
yang dasyat serta mengerikan disaat Allah Swt mengumpulkan manusia dan
menyidang mereka, pada saat itu seolah mereka akan mengangkat pakaian mereka
untuk melarikan diri. Kata Saq disini merupakan kata nakirah bukan marifah yang
tertuju pada sesuatu tertentu, Saq menunjukan pada suatu jumlah yang memiliki
makna majazi…menggambarkan hari yang sangat dasyat dan mengerikan , menakutkan,
dimana manusia pada saat itu diuji, apakah mereka pernah shalat, dan menyambut
dan mentaati perintah Allah Swt atau apakah mereka adalah orang-orang yang mengabaikan perintah
Allah Swt, begitu mereka diperintahkan untuk sujud yang tidak pernah shalat
tidak bisa melakukan hal tersebut.
Maka terpisahlah antara orang yang beriman dan orang-orang yang
tidak beriman, yang beriman ruku dan sujud di hadapan Allah Swt.
Ada lagi riwayat yang lain, ketika penghuni neraka dimasukan satu
persatu ke dalam api Neraka. Allah Swt bertanya, “Apakah sudah penuh?”, api
Neraka berkata, “Apakah masih ada tambahan?” , maka Tuhan memasukan betisnya ke
api Neraka, Nerakapun berkata, “Cukup,cukup wahai Tuhanku” . pada hadis ini
digambarkan Allah Swt berbetis, Allah Swt menyingkap pakaian-Nya, semua ini hal
yang tidak layak, kemana perginya firman Allah Swt :
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar
dan Melihat."
(QS.Asy-Syura[42]:11)
Kemudian lebih aneh lagi, lebih aneh dari semua ini, yang kita
jumpai dalam terjemahan Al-Qur’an yang dibagi-bagikan oleh Saudi Arabia, setiap
jamaah haji yang pergi ke
Saudi yang pulang dibagikan
Al-Qur’an terjemahan bhasa Indonesia. Ketika ayat berikut ini diterjemahkan
(QS.Al-Baqarah[2]:255).
Mereka menyebutkan beberapa penafsiran di footnote, kursi diartikan ilmu Allah
Swt, kekuasaan dan penafsiran yang
paling shahih ini, merupakan keterangan
yang terdapat di footnote, bahwa kursi merupakan tempat diletakan telapak kaki
Allah Swt, dari mana sumbernya, dari quran apa bukan? Dari sebuah hadis munqati yang diriwayatkan
dari Said bin Jubair bayangkan hadis terputuspun sampai dijadikan sebagai dasar
untuk menafsirkan Al-Qur’an yang berhubunga dengan sifat Allah Swt Swt.
Kursi itu tempat meletakan kaki Allah Swt dan ada lagi yang lebih
berani mengatakan bahwa arys Allah Swt terbuat dari rugby…nah kalau seandainya
hal hal semacam ini kita terima padahal bententangan dengan Al-Qur’an, apakah
bukan merupakan dosa yang sangat besar, menisbatkan kepada Allah Swt apa-apa
yang tidak layak dan tidak patut
Jadi maksud dari ucapan saya, yang menerangkan bahwa kalau bukan
dari Allah Swt pasti kita jumpai perselisihan dan pertentangan yang sangat banyak.
Maka hendaknya kita kembali kepada Al-Qur’an sebagai tolak ukur
dan Al-Qur’an merupakan kitab yang
terjamin kebenarannya dan maka mari kita kembali pada AlQur’an dan mengembalikan semua kitab-kitab dari semua golongan yang ada, baik dari
Ahlisunnah amaupun Syiah, dimata saya semua itu bukan kitab suci dan tidak ada
perintah dari rasul dan keluarganya dan para sahabat yang memerintahkan agar
kita berpegang pada kitab-kitab tersebut. Tapi yang ma’ruf bahwa Keluarga Nabi Saw menegaskan, dari Ahlulbait
saya tidak katakan dari Syiah, dari Ahlulbait langsung dari atas, Jika kalian meriwayatkan dari rasul dan kami maka cocokan dengan
kitab Allah Swt, Yang cocok ambil dan yang tidak cocok kalian tinggalkan,
karena kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan kitab Allah
Swt.
Sedangkan dari versi Ahlisunnah kita jumpai bagaimana Ummul
Mukminin Sayidah Aisyah ra yang sering mengoreksi hadis yang diriwayatkan oleh
sebagian sahabat karena bertentangan
dengan Al-Qur’an. Sebagai contoh ketika ada berita yang mengatakan ketika Nabi Saw
dimi’rajkan, Nabi Saw melihat Allah Swt swt. sayidah aisyah mengatakan, sungguh
dusta orang yang mengatakan bahwa Rasulullah melihat Tuhannya pd saat
perjalanan Isra Mi’raj dan di shidratil
muntaha
Yang merowikan hadis ini bertanya, “Bagaimana firman Allah Swt ini
wahai Sayidah Aisyah?”:
Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia
dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan
( QS.An-Najm[53]:8-10)
Sayidah Aisyah mengatakan, bahwa saya langsung bertanya kepada Rasulullah Saw,
mengenai ayat-ayat ini. Beliau mengatakan bahwa ini jibril yang dilihat rasul
di gua hira dalam bentuk aslinya dan kemudian keduanya kalinya ketika berada di
Sidratil Muntaha, jadi yang dilihat bukan Allah Swt tapi Jibril.
Kemudian Sayidah Aisyah membacakan
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui"
(QS.Al-An’am[6]:103).
Begitu pula kritikan Sayidah Aisyah kepada Ibnu Umar yang
mengatakan seorang mayit disiksa karena tangisan keluarganya, sayidah
mengatakan, “ Ibnu Umar salah dalam hal ini , bukankah Allah Swt mengatakan
“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain"
(QS.Fathir[35]:18)
Orang tidak akan menanggung dosa orang lain, Masa oranglain berbuat
kita kena, padahal kita tidak sama sekali melakukan apa-apa. Oleh karena itu maksud dari apa yang saya sampaikan, Ustad Firanda yang saya hormati. bukan
menolak semua hadis, tapi menolak hadis-hadis yang bertentangan dengan
AlQur’an, kita jadikan Al-Qur’an didepan, hadis-hadis yang berasal dari manapun
kita cocokan dengan kitab Allah Swt, yang cocok kita ambil dan yang tidak cocok
kita buang
Saya bukan termasuk dari orang yang ingkar sunnah dan juga bukan
termasuk ahli hadis yang menerima semua hadis, karena hadis-hadis itu terdapat
dalam Bukhari , Muslim, al Kafi, al Kulaini, ataupun dalam buku-buku yang lain.
Saya bercuci tangan semua ini dan saya bercuci tangan dari
orang-orang yang mengklaim bahwa dirinya menolak untuk menerima sunnah yang
datang dari Nabi Saw, kalau betulbetul datang dari Nabi Saw kita sami’na wa
atha’na. tapi persoalannya disini mengenai keraguan,Apa betul ini datang dari
Nabi Saw, untuk membuktikan kebenarannya cocokan dengan kitab Allah Swt
dan yang cocok kita ambil, sedangkan
yang tidak cocok kita buang.
Ma’adzAllah Swt an nakuna minhum kita berlindung kepada Allah Swt
agar tidak termasuk bagian dari mereka.
Saya juga bukanlah seorang yang gampang menerima hadis, karena
hanya melihat sanadnya yang muttashil, rawinya yang adil, begitu pula
kecermatan rawinya, sedangkan isi matan hadis tersebut
mengandung keganjilan dan kemunkarannya
yang tidak layak sama sekali untuk dikategorikan sebagai sabda Nabi Saw
saw, karena Nabi Saw sebagai seorang mubaligh, seorang yang menyampaikan amanah
Allah Swt, beliau tidak menambahkan dan mengurangi kitabnya. Sunnah Rasul yang
sebenarnya adalah yang sejalan, seiring dan seirama dengan ayat-ayat Allah Swt
swt. Jadi pada kali ini saya menanggapi hal ini dulu dan saya mohon maaf bukan
ingin berdebat dan berbantahbantahan, mohon maaf supaya tidak disalahfahami,
yang saya sampaikan tadi untuk menegaskan bahwasanya selain dari kitab Allah
Swt tidak dapat kita terima dan ditelan begitu saja sebelum dicocokan dengan
kitab suci Al-Qur’an. jangan sampai nanti kita menyesal karena mengabaikan
Al-Qur’an dan mengutamakan yang lainnya
seperti yang terjadi pada umat yahudi yang mengutamakan Talmud dari pada
taurat, sampai Sayidina Umar marah ketika orang banyak meriwayatkan hadis dan
melupakan Al-Qur’an.
Apakah kalian akan menduakan kitab Allah Swt seperti yang dilakukan
oleh para ahli kitab Allah Swt, lama kelamaan mereka meninggalkan kitab Allah
Swt dan mengikuti Talmud yang merupakan penafsiran dari Nabi Saw- Nabi Saw dan
ulama mereka yang kebanyakan telah menyeleweng dari kitab Taurat, lama kelamaan
karena kitab taurat diabaikan, Akhirnya pemalsuan masuk kepada kitab Taurat,
oleh karena itu kita bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kita
hidayah untuk beriman kepada kitab-Nya, semoga Allah Swt menjadikan kita
sebagai orang yang menjunjung tinggi kitab-Nya, mempelajari Sunnah-sunnah Rasul agar Allah Swt memberikan petunjuk yang
benar dan menjauhkan kita dari yang menyimpang, maka dengan tegas kita ucapkan
bahwa kita hanya menerima dari riwayat –riwayat hadis setelah dicocokan dengan
AlQur’an, yang cocok isinya dengan Al-Qur’an kita terima yang tidak kita tolak
dari manapun dia berasal.
Dan saya berharap, mudah-mudahan Ulama Ahlisunnah dan
ulama-ulama Syiah mau membuka hati
mereka agar jangan berfanatik kepada kelompok dan golongan mereka
Karena ajaran dari keluarga rasul dan dari sahabat rasul serta istri rasul mengajak kita
untuk kembali kepada Al-Qur’an dan menjadikan dia pada kedudukan yang paling
utama krn Al-Qur’an kitab yang dijelaskan atas dasar ilmu dan bukan sembarang ilmu tapi dari ilmu
Allah Swt yang tidak mungkin salah.
Demikianlah para ikhwan dan akhwat, dan mudah-mudahan Ustad Firanda baik perantara
yang mendengarkan dapat memahami apa yang saya sampaikan, bahwa saya tidak
termasuk dari kalangan JIL dan bukan termasuk pula dari kalangan ahli hadis
yang sembarang nerima semua hadis dan bukan termasuk dari orang-orang yang
menolak sunnah Nabi Saw Muhammad saw, bagaimana kita menolak sunnah Rasul
sedangkan Allah Swt berfirman, Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah
(QS.Al-Hasyr[59]:7).
sebelum mengatakan ini Sunnah mari kitab buktikan terlebih dahulu.
Wassalamu alaikum wrwb.
previous article
Newer Post
No comments
Post a Comment