Keharusan kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan mengembalikan yang lainnya kepada Al-Qur’an. (Part 1)

( Menjawab Kegagalan Faham Ust. Firanda dalam memahami kajian ustad Husein bin Hamid Alatas,MA(di Transkip dari Siaran Radio Silaturahim))
Saya ucapkan salamullahi alaikum wrwb
Alhamdulillah pagi ini kita dapat melanjutkan kembali renungan dan kajian kita sebagaimana biasa dibawah naungan Al-Qur’an.

Secara khusus pada pagi hari, kita akan mengutip beberapa ayat dari Al-Qur’an yang menegaskan kepada kita semua untuk kembali kepada Al-Qur’an karena Nabi Saw kita Muhammad saw diperintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an, dan memberikan keputusan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak menyimpang dari padanya, bahkan Allah Swt memberikan peringatan kepada Nabi Saw-Nya untuk tidak mengikuti hawa nafsu sebagian mereka yang berupaya untuk memalingkan Nabi Saw dari AlQur’an. Dilanjutkan oleh para keluarga dan para sahabat yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an menempatkan Al-Qur’an diatas segala-galanya.

Kemudian di dalam mengamalkan Al-Qur’an dalam seluruh kehidpan mereka, itu betulbetul merupakan hal yang menyita sebagian besar waktu mereka, mereka berupaya untuk
menghafal, mengamalkan isinya dan memerintahkan juga sahabat Nabi Saw untuk kembali kepada Al-Qur’an, oleh karena itu kita jumpai bagaimana Nabi Saw kita, sebagaimana dalam Shahih Muslim agar orang fokus pada Al-Qur’an dan tidak mencatat hadis-hadis  yang beliau ucapkan.

La taktubu anni ghairal quran Wa man katabahu fal yamhu  jangan kalian menulis dari aku selain dari alqruan barang siapa yang menulisnya hendaknya dia menghapuskan, 
kita menjumpai bagaimana  Abu Bakar Siddiq ra, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Mulaikah, dia berkata kepada para sahabat, “Saya perhatikan kalian meriwayatkan hadis dari Nabi Saw, berbeda beda dan berselisih dan bertentangan, padahal ini pada masa kehidupan Abu Bakar yang baru saja ditinggalkan rasul, pasti orang-orang yang datang setelah kalian lebih akan berselisih dan berbeda-beda lebih jauh dibandingkan kalian, maka apabila orang bertanya kepada kalian, maka katakanlah, ‘ bainana wa bainakum kitabAllah Swt’ diantara kami dan kalian  itu ada kitab Allah Swt. Apa yang Allah Swt halalkan kalian terima dan yang diharamkan kalian jauhkan”.

Begitu pula Khalifah kedua Umar bin Khattab ra, bagaimana beliau beristikharah selama sebulan untuk mengumpulkan hadis, ternyata hasil dari istikharahnya memutuskan untuk tidak menulis , bahkan yang telah ditulisnya kemudian dibakar dan dibersihkan. 
Begitu pula kita jumpai Ibnu Masud ra dan sahabat –sahabat yang lain, semua mengajak umat agar perhatian mereka yang utamanya tertuju pada Al-Qur’an, agar mereka memiliki pedoman dan pegangan yang tidak meragukan sedikitpun karena kita tahu bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang dijamin oleh Allah Swt, kebenaran dan kesuciannya. 

“Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS.Al-Fushshilat[41]:42).
Merupakan sebuah kitab yang tidak sama sekali Mungkin saat ini atau   dimasa akan datang atau pada masa turunnya tidak akan dihinggapi oleh kebatilan, baik pada saat turunnya baik masa akan datang demikian pula sebelumnya berada di lauhil mahfudz,

sebuah kitab yang benar2 amat agung dan mulia yang berada di lauhil mahfudz, Dalam ungkapan yang lain, 

(21). بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia,

(22). فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
(QS.Al-Buruj[85]:21-22).

Dalam ungkapan lain

(QS.Al-Waqiah[56]:78-89)
Maka atas dasar ini hadirin sekalian, dengan adanya Al-Qur’an Sebagai pedoman hidup, petunjuk dan mizan  atau neraca untuk mengukur benar atau salahnya sesuatu, apabila disepakati oleh kaum muslimin apapun latarbelakang, golongan  dan kelompok mereka, mereka dengan betul –betul tulus mendengarkan apa yang dibacakan Allah Swt dalam firmannya, tanpa ada persepsi sebelumnya, tanpa ada kecondongan sebelumnya..dia mendengarkan ayat-ayat Allah Swt,menyimaknya , memahaminya, niscaya kita akan menemukan kesepakatan diantara kita. tapi sulitnya, kebanyakan orang yang membaca dan mempelajari Al-Qur’an ….telah memiliki perpsepsi sebelumnya, kecondongan kepada kelompok, golongan  dan sekte, dengan cara  setan telah berhasil membalikan keadaan. Al-Qur’an Yang seharusnya kita dengarkan ayat-ayatnya, tuntunanya, berbalik Kita gunakan untuk membenarkan pendapat kita, doktir, golongan , kelompok kita ,karena sebelumnya kita telah memiliki persepsi.ini betul-betul  merupakan keadaan yang amat memprihatinkan dan membahayakan kaum muslimin, oleh karena itu jangan heran kalau perpecahan diantara umat, hari demi hari semakin tajam, permusuhannya, bahkan sampai-sampai pertumpahan darahpun dihalalkan hanya disebabkan karena pemahaman masing-masing yang mereka pertahankan, kemudian mereka berupaya untuk mencocokkan ayat-ayat al-quran dengan pendapat dan pemahaman mereka. oleh karena itu  farqun baina man yastantiqul quran fayastamiu ilaihi wayastajibu lah wa baina man yuthaiwiul quran lihawa, beda orang yang membaca Al-Qur’an, mendengarkannya lalu
mengikuti petunjuknya dan bimbingannya sebagaimana adanya dengan  orang yang menyesuaikan Al-Qur’an dengan hawa nafsunya. masing-masing kembali kepada AlQur’an, hanya yang satu kembali seutuhnya tanpa persepsi sebelumnya, tanpa kecondongan berkelompok dan bergolongan, sedangkan yang satunya lagi justru menjadikan Al-Qur’an menjadi pembenaran, dia mengambil ayat-ayat yang cocok ditafsirkan dengan doktrin  yang sesuai dengan golongannya ,berupaya mengada-adakan berbagai macam kebohongan untuk mendukung pendapatnya
Tapi yang benar yang harus kita lakukan yaitu Kita kembali kepada Al-Qur’an seutuhnya tanpa ada persespsi sebelumnya, tanpa adanya kecondongan berkelompok dan bergolongan kepada siapapun kepada golongan manapun.

Coba dengarkan firman Allah Swt pada Awal surat Al- Baqarah 
  
(QS.Al-Baqarah[2]:1-4).

Allah Swt menyebutkan tiga huruf alif, lam,  mim sebagai pembuka bagi surah AlBaqarah dan kemudian Allah Swt menunjuk kepada kitab-Nya, kitab yang tersusun dari hurup-hurup, yang berasal dari Bangsa Arab yang  biasa mereka pergunakan untuk katakata dan kalimat yang mereka gunakan dalam pembicaraan mereka, baik dalam prosa maupun syair, tapi ternyata  begitu huruf tersebut disusun oleh Allah Swt  untuk menjadi media dari firman-Nya dalam menyampaikan ayat-ayat  dan firman-Nya, ternyata menghasilkan sesuatu yang berbeda, sebagaimana patung manusia  yang dibuat dari tanah dengan  manusia yang diciptakan Allah Swt dari tanah, yang satu benda yang tidak memiliki ruh, tidak memiliki denyut kehidupan dan tidak berakal, yang satunya bernyawa dan berakal , walaupun diciptakan dari asal usul sama tapi melahirkan perbedaan yang tidak dapat dibandingkan
Dzalikal kitab, menggunakan kata  isyarah  jauh  untuk demi menunjukan keagungan yang tak mungkin dapat ditandingi, pandanglah kitab itu yang  begitu agung, begitu mulia, begitu tinggi karena yang menurunkan Yang Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Tahu, la raiba fiih tidak ada keraguan sedikitpun seluruhnya yang terdapat di dalamnya adalah seluruh kebenaran yang menyakinkan, hudan lil mutaqqin  Allah Swt jadikan kitab ini sebagai petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa, mereka orang-orang yang siap untuk menyesuaikan hawa nafsunya dengan keridhaan Allah Swt dan siap menerima petunjuk Allah Swt apa adanya, tanpa menyesuaikan ayat-ayatnya dengan persepsinya, dengan kelompoknya dengan doktrin golongannya, tapi orang-orang yang benar-benar mendengar dan menerima yang datang dari Allah Swt sebagaimana adanya.

Dengan kriteria orang yang bertakwa yang Allah Swt sebutkan pada ayat berikutnya, tapi dengan mempergunakan petunjuk kata isyarat yang jauh ‘ dzalikal kitab’ para ahli Sastra Bahasa Arab, para ahli Balaghah mengatakan, “Ismu isyarah al maudu lil ba’id  yufidu ta’zim fi hadzal maqam ini merupakan permulaan dari surah Al-Baqarah. 

Kemudian Kita dengarkan pada permulaan surat Hud, Allah Swt berfirman:

(QS.Hud[11]:1-2)

Ini adalah sebuah kitab yang telah disempurnakan ayat-ayatnya ,ayat-ayatnya disusun dengan sempurna, begitu pula uraian-uraiannya dan petunjuk-petunjuknya,  disusun oleh Yang Maha Sempurna dan Bijaksana hingga menghasilkan benar-benar sebuah kitab yang sempurna. kemudian Diuraikan secara terperinci  min hakimin khabir dari sisi yang maha bijaksana dan maha mengetahui…alla ta’budu illa Allah hendaknya kalian tidak meyembah kecuali, sesunggunya Aku pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira.

Dengarkan pula dalam surat Yasin, Allah Swt berfirman:  

(QS.Yasin[36]1-6).

dengan dua huruf ini Allah Swt menunjuk pada kitabnya…demi Al-Qur’an yang penuh hikmah karena yang menurunkan yang Maha  bijaksana.

Innaka laminal mursalin, kitab ini merupakan bukti nyata dan kuat dengan ayat dan  petunjuk yang didalamnya, dengan  bukti-bukti kebenaran yang terkandung didalamnya,  membuktikan bahwa engkau benar-benar salah satu Rasul yang diutus oleh Allah Swt, jadi kalau orang bertanya,  “ Mana bukti Kenabian  dan Kerasulan Nabi Saw kita?!” , maka jawab, “Al-Qur’an silahkan anda baca dan anda akan memahami bahwa kitab ini tidak mungkin diturunkan oleh selain Allah Swt. ayat –ayatnya dan petunjuknya semua membuktikan kebenaran Allah Swt dan kebenaran firman-Nya”
Karena antara Al-Qur’an dan alam raya ini, saat kita perhatikan bagaimana penuh kesereasian, dalam ayat-ayat Al-Qur’an Allah Swt mempergunakan langit, bumi, daratan dan lautan termasuk diri manusia sebagai bukti keesaan-Nya keagungan, dan kebijaksanaan-Nya. Jadi Al-Qur’an itu dengan ilmu dan fakta tidak pernah terjadi pertentangan.

Jadi Yasiin……ala shiratimmustaqim dan engkau benar-benar berada di jalan yang lurus wahai Rasulullah, di jalan lurus ini  jalan yang langsung dibimbingn oleh Allah Swt melalui kItabnya dan kitab ini diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang
Agar engkau memberikan peringatan melalui kitab ini kepada satu kaum yang belum pernah menerima peringatan sebelumnya, oleh karena itu  mereka dalam keadaan lalai.
Ini surat Yasin dengan jelas membuktikan kebenaran Rasul, disamping  membuktikan kebenaran diri-Nya yang suci juga membuktikan kebenaran Nabi  kita Muhammad Saw.

Pada awal surat Ibrahim, bagaimana Allah Swt berfirman:

 (QS.Ibrahim[14]:1-2).

Kita lihat hadirin, bagaimana surat Hud dimulai dengan alim lam ra disini juga dimulai dengan alif lam  ra….ini sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu wahai Rasulullah agar engkau mengeluarkan umat manusia dengan bimbingan petunnjuk kitab ini  dari dalam kegelapan menuju kehidupan yang terang benderang, pencerahan, kelurusan kebersihan hidup dengan seizin Tuhan mereka, menuju kehidupan ke jalan Allah Swt yang Maha Perkasa dan lagi Maha  Terpuji. Allah Swt Dia-lah satu-satunya yang menguasai apa yang di langit dan di bumi dan kecelakaan bagi orang kafir dari azab yang maha dasyat.

Kemudian kalau kita kembali ke dalam surat Al-A’raf, Allah Swt berfirman:
Alif lam mim shad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya. (QS.Al-A’raf[7]1-3).

Allah Swt menggunakan kata aulia, jangan kalian mengikuti wali-wali,pembimbingpembimbing , penuntun-penuntun, selain dari Al-Qur’an. tapi sedikit diantara kalian yang
mengambil pelajaran disini, kemudian bagaimana Allah Swt berfirman dalam surat AlA’raf pada ayat lainnya, Allah Swt menegaskan bagaimana  Al-Qur’an diturunkan dengan dasar ilmu dengan kepastian yang tidak meragukan, Allah Swt berfirman 
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman 

(QS.Al-A’raf[7]:52).

Orang yang siap beriman pasti dia akan mengutamakan Al-Qur’an
Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Quran itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: "Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?." Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka adaadakan.

(QS.Al-A’raf[7]53).

Ketika terjadi dan datang bukti kebenaran, orang –orang yang terdahulu, yang mencampakan dan melupakan Al-Qur’an , mereka berkata: 

“telah datang utusan kami membawa kebenaran, membawa kebenaran yang pasti , apakah ada juru syafaat yang
memberikan syafaat dan  menyelamatkan kami atau kami dikembalikan dan berjanji untuk mengikuti petunjuk Al-Qur’an”

Kemudian kalau kita kembali ke surat Al-Maidah, 48
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.  dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. 

(QS.Al-Maidah[5]:48-49).

Kalau Allah Swt kehendaki Allah Swt akan jadikan kalian satu umat, jadi orang yahudi seblum Nabi Saw kita Muhammad diutus, mereka menerima petunjuk bimbingan yang sesuai dengan zman mereka…begitu pula umat Nabi Saw .  datang umat Nabi Saw kita yang akan menghadapi tantangan yang terbuka, ketika memasuki era globalisasi, pengetahuan yang telah berkembang dengan pesat dan Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir. maka Allah Swt menurunkan   kitab yang cocok untuk tantangan yang dihadapi oleh umat Nabi Muhammad Saw. Tapi kami ingin menguji kalian pada apa yang kami berikan kepada kalian. Yang diberikan oleh Allah Swt. kalau dahulu umat Nasrani wajib beriman kepada Injil yang diberikan kepada Isa, disamping kepada kitab Taurat. Pengikut Daud beriman kepada Zabur yang diturunkan Allah Swt kepada Daud demikian pula kepada Taurat

Demikian pula Musa beriman kepada Taurat, maka pengikut umat Nabi Saw kita seluruhnya yang hidup setelah diutusnya Nabi Saw,  maka mereka diharuskan menerima kebenaran dari Allah Swt bagi orang yang tulus yang tidak fanatik terhadap kelompok dan golongan tidak akan berat untuk menerima kebenaran karn yang mereka mencintai adalah Allah Swt dan kebenaran yang datang pada-Nya. Tapi orang yang dibutakan  oleh hawa nafsu dan kesukuan, kebanggaan - Kebanggaan palsu akan berat untuk menerima kebenaran, jadi bagi masing-masing kami menetapkan syariat dan jalan hidup, bila Allah Swt kehendaki Allah Swt menjadikan kalian satu umat…..maka berlombalah dalam kebaikan. (Bersambung)
previous article
Newer Post
next article
Older Post

Post a Comment

no

Name

Email *

Message *