Mari Mempelajari Pohon Iman


Yang pasti ini bukanlah Pohon zaqqum, yang dijadikan Allah sebagai makanan bagi orang-orang yang berdosa, tumbuhnya di dasar neraka, dan mayangnya laksana kepala-kepala syetan.

إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِىٓ أَصْلِ ٱلْجَحِيمِ

“Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala.” (QS: Ash-Shaaffat Ayat: 64)

طَلْعُهَا كَأَنَّهُۥ رُءُوسُ ٱلشَّيَٰطِينِ

“Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.” (QS: Ash-Shaaffat Ayat: 65)

Itu adalah pohon keimanan, yang digambarkan oleh Allah SWT, di dalam surat Ibrahim ayat 24-25.  Itu adalah gambaran dari agama islam, agama Tauhid, yang menjadi misi dari para Rasul,  dan juga Rasul terakhir Muhammad SAW. 

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”(QS Ibrahim: 24)

تُؤْتِىٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍۭ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS: Ibrahim: 25)

Digambarkan, bagaimana kalimat Thayyibah (لا إله إلا الله) yang merupakan dasar dari agama tauhid/Islam, bagaikan sebuah pohon yang akarnya menghujam kokoh di bumi dan cabang serta rantingnya menjulang ke langit. Gambaran dari sebuah pohon yang tinggi besar kokoh batangnya, rimbun dan hijau daunnya, memberikan kesejukan, kesehatan, menjadi pembersih udara yang kotor,  indah dipandang, menyejukkan hati yang memandangnya.

Bukan itu saja, tapi pohon itu menghasilkan buah yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh semua manusia di sekitarnya setiap saat. Ya, setiap saat kata Allah (كل حين) tidak mengenal musim, apalagi setahun sekali.

Itu adalah gambaran dari agama islam yang dibawa oleh nabi kita Muhammad saw dan juga Nabi-Nabi sebelumnya. Bagaimana Islam yang sesungguhnya adalah islam yang akan membawa kedamaian, keadilan, dan rahmat bagi seluruh alam.

Adapun tulisan yang ada di batang dan cabang-cabangnya adalah gambaran dari pokok-pokok ajaran islam yang dibawa oleh nabi kita. Kalimat-tersebut terinspirasi dari hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari sahabat Abu Hurairah ra. Yang menyebutkan bahwa iman itu terdiri dari 70 cabang lebih. Yang paling utamanya adalah لا إله إلا الله dan paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan yang ada di jalan,  sedangkan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman. 

Dan juga dari banyak hadis Nabi SAW yang lainnya seperti; Kebersihan sebagian dari iman,  menghormati tetangga, tamu, dan masih banyak sekali yang lainnya.  Dan tentunya sebagai acuan di ambil dari ayat-ayat Al-Qur'an Al-kariim. 

Memang dari gambar 2 dimensi tersebut tidaktergambarkan seluruh cabang sampai 70, yang terlihat hanya baru 24 cabang.  Tetapi ini hanya sebuah gambaran dari perenungan firman Allah SWT di Surah Ibrahim tersebut. 
Jadi dari gambar tersebut, terlihat bagaimana jika seseorang mengaku beriman tetapi dia tidak shalat, atau beriman tetapi dia tidak zakat,  atau beriman tetapi dia tidak berlaku adil, mengaku beriman tapi berbuat aniaya, beriman tapi tidak mencintai saudara, beriman tapi tidak memuliakan tetangga dan tamunya, dan seterusnya,  maka bisa kita bayangkan pohon keimanan tersebut putus cabangnya. 

Dari pohon ini pula kita dapat mengambil pelajaran, jika kita ingin bersatu, hendaknya fokus pada hal-hal yang pokok di atas, pada cabang-cabangnya besar. Karena biasanya cabang- cabang tersebut jarang sekali berbenturan satu sama lain.  Yang sering berbenturan biasanya pada rantingnya (hal-hal yang furu’).

Ini hanya sebagian dari renungan hamba yang dhaif ini  terhadap kandungan Surah Ibrahim ayat 24-25 tersebut. Saya mengajak dan menyeru kepada ikhawan tercinta sekalian, untuk turut merenungi dan menambahkan, karena Al Quran makin direnungi, semakin dalam makna yang bisa kita dapati.

previous article
Newer Post
next article
Older Post

Post a Comment

no

Name

Email *

Message *