( Menjawab Kegagalan Faham Ust. Firanda dalam memahami kajian ustad
Husein bin Hamid Alatas,MA(di Transkip dari Siaran Radio Silaturahim))
Saya ucapkan salamullahi alaikum wrwb
Alhamdulillah pagi ini kita dapat melanjutkan kembali renungan dan
kajian kita sebagaimana biasa dibawah naungan Al-Qur’an.
Secara khusus pada pagi hari, kita akan mengutip beberapa ayat dari
Al-Qur’an yang menegaskan kepada kita semua untuk kembali kepada Al-Qur’an
karena Nabi Saw kita Muhammad saw diperintahkan untuk berpegang teguh pada
Al-Qur’an, dan memberikan keputusan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak
menyimpang dari padanya, bahkan Allah Swt memberikan peringatan kepada Nabi
Saw-Nya untuk tidak mengikuti hawa nafsu sebagian mereka yang berupaya untuk
memalingkan Nabi Saw dari AlQur’an. Dilanjutkan oleh para keluarga dan para
sahabat yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an menempatkan Al-Qur’an diatas
segala-galanya.
Kemudian di dalam mengamalkan Al-Qur’an dalam seluruh kehidpan
mereka, itu betulbetul merupakan hal yang menyita sebagian besar waktu mereka,
mereka berupaya untuk
menghafal, mengamalkan isinya dan memerintahkan juga sahabat Nabi
Saw untuk kembali kepada Al-Qur’an, oleh karena itu kita jumpai bagaimana Nabi
Saw kita, sebagaimana dalam Shahih Muslim agar orang fokus pada Al-Qur’an dan
tidak mencatat hadis-hadis yang beliau
ucapkan.
La taktubu anni ghairal quran Wa man katabahu fal yamhu jangan kalian menulis dari aku selain dari
alqruan barang siapa yang menulisnya hendaknya dia menghapuskan,
kita menjumpai bagaimana Abu
Bakar Siddiq ra, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Mulaikah, dia berkata
kepada para sahabat, “Saya perhatikan kalian meriwayatkan hadis dari Nabi Saw,
berbeda beda dan berselisih dan bertentangan, padahal ini pada masa kehidupan
Abu Bakar yang baru saja ditinggalkan rasul, pasti orang-orang yang datang
setelah kalian lebih akan berselisih dan berbeda-beda lebih jauh dibandingkan
kalian, maka apabila orang bertanya kepada kalian, maka katakanlah, ‘ bainana
wa bainakum kitabAllah Swt’ diantara kami dan kalian itu ada kitab Allah Swt. Apa yang Allah Swt
halalkan kalian terima dan yang diharamkan kalian jauhkan”.
Begitu pula Khalifah kedua Umar bin Khattab ra, bagaimana beliau
beristikharah selama sebulan untuk mengumpulkan hadis, ternyata hasil dari
istikharahnya memutuskan untuk tidak menulis , bahkan yang telah ditulisnya
kemudian dibakar dan dibersihkan.
Begitu pula kita jumpai Ibnu Masud ra dan sahabat –sahabat yang
lain, semua mengajak umat agar perhatian mereka yang utamanya tertuju pada
Al-Qur’an, agar mereka memiliki pedoman dan pegangan yang tidak meragukan
sedikitpun karena kita tahu bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang
dijamin oleh Allah Swt, kebenaran dan kesuciannya.
“Yang tidak datang
kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang
diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS.Al-Fushshilat[41]:42).
Merupakan sebuah kitab yang tidak sama sekali Mungkin saat ini
atau dimasa akan datang atau pada masa
turunnya tidak akan dihinggapi oleh kebatilan, baik pada saat turunnya baik
masa akan datang demikian pula sebelumnya berada di lauhil mahfudz,
sebuah kitab yang benar2 amat agung dan mulia yang berada di lauhil
mahfudz, Dalam ungkapan yang lain,
(21). بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an
yang mulia,
(22). فِي لَوْحٍ
مَحْفُوظٍ
yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
(QS.Al-Buruj[85]:21-22).
Dalam ungkapan lain
(QS.Al-Waqiah[56]:78-89)
Maka atas dasar ini hadirin sekalian, dengan adanya Al-Qur’an
Sebagai pedoman hidup, petunjuk dan mizan
atau neraca untuk mengukur benar atau salahnya sesuatu, apabila
disepakati oleh kaum muslimin apapun latarbelakang, golongan dan kelompok mereka, mereka dengan betul
–betul tulus mendengarkan apa yang dibacakan Allah Swt dalam firmannya, tanpa
ada persepsi sebelumnya, tanpa ada kecondongan sebelumnya..dia mendengarkan
ayat-ayat Allah Swt,menyimaknya , memahaminya, niscaya kita akan menemukan
kesepakatan diantara kita. tapi sulitnya, kebanyakan orang yang membaca dan
mempelajari Al-Qur’an ….telah memiliki perpsepsi sebelumnya, kecondongan kepada
kelompok, golongan dan sekte, dengan
cara setan telah berhasil membalikan
keadaan. Al-Qur’an Yang seharusnya kita dengarkan ayat-ayatnya, tuntunanya,
berbalik Kita gunakan untuk membenarkan pendapat kita, doktir, golongan ,
kelompok kita ,karena sebelumnya kita telah memiliki persepsi.ini
betul-betul merupakan keadaan yang amat
memprihatinkan dan membahayakan kaum muslimin, oleh karena itu jangan heran
kalau perpecahan diantara umat, hari demi hari semakin tajam, permusuhannya,
bahkan sampai-sampai pertumpahan darahpun dihalalkan hanya disebabkan karena
pemahaman masing-masing yang mereka pertahankan, kemudian mereka berupaya untuk
mencocokkan ayat-ayat al-quran dengan pendapat dan pemahaman mereka. oleh
karena itu farqun baina man yastantiqul
quran fayastamiu ilaihi wayastajibu lah wa baina man yuthaiwiul quran lihawa,
beda orang yang membaca Al-Qur’an, mendengarkannya lalu
mengikuti petunjuknya dan bimbingannya sebagaimana adanya
dengan orang yang menyesuaikan Al-Qur’an
dengan hawa nafsunya. masing-masing kembali kepada AlQur’an, hanya yang satu
kembali seutuhnya tanpa persepsi sebelumnya, tanpa kecondongan berkelompok dan
bergolongan, sedangkan yang satunya lagi justru menjadikan Al-Qur’an menjadi
pembenaran, dia mengambil ayat-ayat yang cocok ditafsirkan dengan doktrin yang sesuai dengan golongannya ,berupaya
mengada-adakan berbagai macam kebohongan untuk mendukung pendapatnya
Tapi yang benar yang harus kita lakukan yaitu Kita kembali kepada
Al-Qur’an seutuhnya tanpa ada persespsi sebelumnya, tanpa adanya kecondongan
berkelompok dan bergolongan kepada siapapun kepada golongan manapun.
Coba dengarkan firman Allah Swt pada Awal surat Al- Baqarah
(QS.Al-Baqarah[2]:1-4).
Allah Swt menyebutkan tiga huruf alif, lam, mim sebagai pembuka bagi surah AlBaqarah dan
kemudian Allah Swt menunjuk kepada kitab-Nya, kitab yang tersusun dari
hurup-hurup, yang berasal dari Bangsa Arab yang
biasa mereka pergunakan untuk katakata dan kalimat yang mereka gunakan
dalam pembicaraan mereka, baik dalam prosa maupun syair, tapi ternyata begitu huruf tersebut disusun oleh Allah
Swt untuk menjadi media dari firman-Nya
dalam menyampaikan ayat-ayat dan
firman-Nya, ternyata menghasilkan sesuatu yang berbeda, sebagaimana patung
manusia yang dibuat dari tanah
dengan manusia yang diciptakan Allah Swt
dari tanah, yang satu benda yang tidak memiliki ruh, tidak memiliki denyut
kehidupan dan tidak berakal, yang satunya bernyawa dan berakal , walaupun diciptakan
dari asal usul sama tapi melahirkan perbedaan yang tidak dapat dibandingkan
Dzalikal kitab, menggunakan kata
isyarah jauh untuk demi menunjukan keagungan yang tak
mungkin dapat ditandingi, pandanglah kitab itu yang begitu agung, begitu mulia, begitu tinggi
karena yang menurunkan Yang Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Tahu, la raiba fiih
tidak ada keraguan sedikitpun seluruhnya yang terdapat di dalamnya adalah
seluruh kebenaran yang menyakinkan, hudan lil mutaqqin Allah Swt jadikan kitab ini sebagai petunjuk
untuk orang-orang yang bertakwa, mereka orang-orang yang siap untuk
menyesuaikan hawa nafsunya dengan keridhaan Allah Swt dan siap menerima
petunjuk Allah Swt apa adanya, tanpa menyesuaikan ayat-ayatnya dengan
persepsinya, dengan kelompoknya dengan doktrin golongannya, tapi orang-orang
yang benar-benar mendengar dan menerima yang datang dari Allah Swt sebagaimana
adanya.
Dengan kriteria orang yang bertakwa yang Allah Swt sebutkan pada
ayat berikutnya, tapi dengan mempergunakan petunjuk kata isyarat yang jauh ‘
dzalikal kitab’ para ahli Sastra Bahasa Arab, para ahli Balaghah mengatakan,
“Ismu isyarah al maudu lil ba’id yufidu
ta’zim fi hadzal maqam ini merupakan permulaan dari surah Al-Baqarah.
Kemudian Kita dengarkan pada permulaan surat Hud, Allah Swt
berfirman:
(QS.Hud[11]:1-2)
Ini adalah sebuah kitab yang telah disempurnakan ayat-ayatnya
,ayat-ayatnya disusun dengan sempurna, begitu pula uraian-uraiannya dan
petunjuk-petunjuknya, disusun oleh Yang
Maha Sempurna dan Bijaksana hingga menghasilkan benar-benar sebuah kitab yang
sempurna. kemudian Diuraikan secara terperinci
min hakimin khabir dari sisi yang maha bijaksana dan maha
mengetahui…alla ta’budu illa Allah hendaknya kalian tidak meyembah kecuali,
sesunggunya Aku pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira.
Dengarkan pula dalam surat Yasin, Allah Swt berfirman:
(QS.Yasin[36]1-6).
dengan dua huruf ini Allah Swt menunjuk pada kitabnya…demi
Al-Qur’an yang penuh hikmah karena yang menurunkan yang Maha bijaksana.
Innaka laminal mursalin, kitab ini merupakan bukti nyata dan kuat
dengan ayat dan petunjuk yang
didalamnya, dengan bukti-bukti kebenaran
yang terkandung didalamnya, membuktikan
bahwa engkau benar-benar salah satu Rasul yang diutus oleh Allah Swt, jadi
kalau orang bertanya, “ Mana bukti
Kenabian dan Kerasulan Nabi Saw kita?!” ,
maka jawab, “Al-Qur’an silahkan anda baca dan anda akan memahami bahwa kitab
ini tidak mungkin diturunkan oleh selain Allah Swt. ayat –ayatnya dan
petunjuknya semua membuktikan kebenaran Allah Swt dan kebenaran firman-Nya”
Karena antara Al-Qur’an dan alam raya ini, saat kita perhatikan
bagaimana penuh kesereasian, dalam ayat-ayat Al-Qur’an Allah Swt mempergunakan
langit, bumi, daratan dan lautan termasuk diri manusia sebagai bukti
keesaan-Nya keagungan, dan kebijaksanaan-Nya. Jadi Al-Qur’an itu dengan ilmu
dan fakta tidak pernah terjadi pertentangan.
Jadi Yasiin……ala shiratimmustaqim dan engkau benar-benar berada di
jalan yang lurus wahai Rasulullah, di jalan lurus ini jalan yang langsung dibimbingn oleh Allah Swt
melalui kItabnya dan kitab ini diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang
Agar engkau memberikan peringatan melalui kitab ini kepada satu
kaum yang belum pernah menerima peringatan sebelumnya, oleh karena itu mereka dalam keadaan lalai.
Ini surat Yasin dengan jelas membuktikan kebenaran Rasul,
disamping membuktikan kebenaran diri-Nya
yang suci juga membuktikan kebenaran Nabi
kita Muhammad Saw.
Pada awal surat Ibrahim, bagaimana Allah Swt berfirman:
(QS.Ibrahim[14]:1-2).
Kita lihat hadirin, bagaimana surat Hud dimulai dengan alim lam ra
disini juga dimulai dengan alif lam
ra….ini sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu wahai Rasulullah agar
engkau mengeluarkan umat manusia dengan bimbingan petunnjuk kitab ini dari dalam kegelapan menuju kehidupan yang
terang benderang, pencerahan, kelurusan kebersihan hidup dengan seizin Tuhan
mereka, menuju kehidupan ke jalan Allah Swt yang Maha Perkasa dan lagi
Maha Terpuji. Allah Swt Dia-lah satu-satunya
yang menguasai apa yang di langit dan di bumi dan kecelakaan bagi orang kafir
dari azab yang maha dasyat.
Kemudian kalau kita kembali ke dalam surat Al-A’raf, Allah Swt
berfirman:
Alif lam mim shad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan
kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu
memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat
sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya. (QS.Al-A’raf[7]1-3).
Allah Swt menggunakan kata aulia, jangan kalian mengikuti
wali-wali,pembimbingpembimbing , penuntun-penuntun, selain dari Al-Qur’an. tapi
sedikit diantara kalian yang
mengambil pelajaran disini, kemudian bagaimana Allah Swt berfirman
dalam surat AlA’raf pada ayat lainnya, Allah Swt menegaskan bagaimana Al-Qur’an diturunkan dengan dasar ilmu dengan
kepastian yang tidak meragukan, Allah Swt berfirman
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran)
kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami;
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
(QS.Al-A’raf[7]:52).
Orang yang siap beriman pasti dia akan mengutamakan Al-Qur’an
Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran)
Al Quran itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu,
berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: "Sesungguhnya telah
datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi
syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan
(ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami
amalkan?." Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah
lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka adaadakan.
(QS.Al-A’raf[7]53).
Ketika terjadi dan datang bukti kebenaran, orang –orang yang
terdahulu, yang mencampakan dan melupakan Al-Qur’an , mereka berkata:
“telah
datang utusan kami membawa kebenaran, membawa kebenaran yang pasti , apakah ada
juru syafaat yang
memberikan syafaat dan
menyelamatkan kami atau kami dikembalikan dan berjanji untuk mengikuti
petunjuk Al-Qur’an”
Kemudian kalau kita kembali ke surat Al-Maidah, 48
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk
tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. dan hendaklah kamu memutuskan perkara di
antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik.
(QS.Al-Maidah[5]:48-49).
Kalau Allah Swt kehendaki Allah Swt akan jadikan kalian satu umat,
jadi orang yahudi seblum Nabi Saw kita Muhammad diutus, mereka menerima
petunjuk bimbingan yang sesuai dengan zman mereka…begitu pula umat Nabi Saw
. datang umat Nabi Saw kita yang akan
menghadapi tantangan yang terbuka, ketika memasuki era globalisasi, pengetahuan
yang telah berkembang dengan pesat dan Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir.
maka Allah Swt menurunkan kitab yang
cocok untuk tantangan yang dihadapi oleh umat Nabi Muhammad Saw. Tapi kami
ingin menguji kalian pada apa yang kami berikan kepada kalian. Yang diberikan
oleh Allah Swt. kalau dahulu umat Nasrani wajib beriman kepada Injil yang
diberikan kepada Isa, disamping kepada kitab Taurat. Pengikut Daud beriman
kepada Zabur yang diturunkan Allah Swt kepada Daud demikian pula kepada Taurat
Demikian pula Musa beriman kepada Taurat, maka pengikut umat Nabi
Saw kita seluruhnya yang hidup setelah diutusnya Nabi Saw, maka mereka diharuskan menerima kebenaran
dari Allah Swt bagi orang yang tulus yang tidak fanatik terhadap kelompok dan
golongan tidak akan berat untuk menerima kebenaran karn yang mereka mencintai
adalah Allah Swt dan kebenaran yang datang pada-Nya. Tapi orang yang
dibutakan oleh hawa nafsu dan kesukuan,
kebanggaan - Kebanggaan palsu akan berat untuk menerima kebenaran, jadi bagi
masing-masing kami menetapkan syariat dan jalan hidup, bila Allah Swt kehendaki
Allah Swt menjadikan kalian satu umat…..maka berlombalah dalam kebaikan. (Bersambung)